Rhenald Kasali Bagi Tips Melayani Umat di Era Disrupsi kepada ASN Kemenag

By Admin


nusakini.com-Jakarta - Perubahan-perubahan kecil merupakan hal yang biasa terjadi di setiap zamannya. Namun, setiap satu abad atau setengah abad sekali, akan terjadi perubahan-perubahan besar yang dapat mempengaruhi setiap lini kehidupan. Agar dapat bertahan, seorang individu maupun sebuah organisasi perlu terus melakukan perubahan agar ia tidak kehilangan relevansinya dalam siklus kehidupan. 

Hal ini disampaikan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali, di hadapan 300an ASN Kementerian Agama yang menjadi peserta Rapat Kerja Nasional Kementerian Agama 2019, di Jakarta. Penulis Buku “Tomorrow Is Today : Series on Disruption” ini hadir di Rakernas Kemenag, membawakan materi Bekerja Melayani Umat di Era Disrupsi. 

“Bayangkan bila sebuah Kementerian atau BUMN tidak mau melakukan perubahan. Maka ia perlahan akan kehilangan relevansinya,” ujar Rhenald, Rabu (23/01). 

Ia mencontohkan, pada masa lalu banyak orang yang bangga memiliki orang tua yang bekerja di pabrik gula. “Hari ini Colo madu (Pabrik gula di karanganyar) telah menjadi museum. Dan kemarin dijadikan tempat konsernya David Foster. Mengapa seperti itu ? Karena kita kehilangan relevansi dalam hal investasi dan hadirnya teknologi baru,” jelas Rhenald. 

Hal ini yang menurut Rhenald harus menjadi perhatian ASN Kementerian Agama untuk memberikan pelayanan di era disrupsi. Ia mengungkapkan empat hal yang perlu menjadi perhatian Kemenag dalam memberikan pelayanan di era disrupsi ini. 

Pertama, kualitas sumber daya manusia dan tata nilai. “Kita harus lebih banyak menciptakan manusia tipe driver di organisasi,” kata Rhenald. 

Manusia tipe driver menurut Rhenald adalah mereka yang dapat mengendalikan kemana organisasi akan bergerak menuju tujuan. Mereka selalu berpikir jauh ke depan. “Kita harus menemukan orang-orang yang membawa ‘tomorrow is today’,” tandasnya. 

Kemenag menurutnya harus sadar bahwa modal terbesar yang dimiliki adalah manusia. Oleh karenanya manusia-manusia yang ada harus dibuat dengan berkualitas. “Kita harus punya talent pool. Budget terbesar untuk pengembangan potensi SDM harus diberikan kepada mereka yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang paling baik,” imbuh Rhenald. 

Terkait dengan tata nilai, Rhenald Kasali mengapresiasi Kemenag yang telah memiliki lima nilai budaya kerja yang sangat baik. “Ini nilai-nilai sudah ada, integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan itu jangan hanya menjadi kiasan, tapi juga dipraktekkan dan ditanam kepada seluruh lapisan di Kementerian. Dan dikasih contoh,” ujar Rhenald. 

Ia mengemukakan tata nilai akan membantu manusia untuk dapat terus memelihara kemanusiaannya dalam era yang banyak dipengaruhi teknologi. Hal ini penting terutama saat ingin memberikan pelayanan sepenuh hati. 

“Suatu saat manusia harus berhenti dari teknologi dan mengedepankan kemanusiaannya. Technology Will never replace love,” pesannya. 

Kedua, birokrasi harus membangun prosedur pelayanan yang simpel (simplicity procedure). Birokrasi harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dengan melakukan kemudahan bagi tiap prosedur pelayanan. 

Hal ini dapat dilakukan jika birokrasi mau melakukan hal ketiga, yaitu inovasi dan perbaikan kepemimpinan (leadership). “Banyak kejadian tak terdua muncul dari orang-orang yang inovatif,” kata Rhenald. 

Inovasi-inovasi yang dilakukan pada era disrupsi harus memanfaatkan teknologi. “Ini adalah hal keempat. Dimana kita harus dapat memanfaatkan teknologi untuk memberikan kemudahan-kemudahan dalam pelayanan birokrasi,” pesan Rhenald. 

Ia juga mengungkapkan bahwa kendala terbesar untuk melakukan perubahan adalah cara berpikir yang terjebak pada pikiran masa lalu. “Banyak orang yang sudah sukses, dia terjebak pada keberhasilan itu saja. Dia kira kalau sudah sukses akan sukses selamanya. Cara berpikir ini yang dapat menjebak,” kata Rhenald. (p/ab)